Awal Mula Gerakan Zionisme dan Palestina yang Diperebutkan
Gerakan Zionisme muncul pada akhir abad ke-19 sebagai reaksi terhadap diskriminasi terhadap kaum Yahudi di Eropa. Theodor Herzl, tokoh sentral Zionisme, memelopori gagasan untuk mendirikan “tanah air” bagi orang Yahudi. Palestina, yang kala itu merupakan wilayah Kekaisaran Ottoman. Namun, penduduk asli Palestina, baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi, telah lama mendiami wilayah tersebut secara damai.
Peran Inggris: Deklarasi Balfour dan Kolaborasi Zionis
Peran Inggris dalam perebutan Palestina dimulai dengan Deklarasi Balfour tahun 1917. Sebuah surat dari Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, kepada pemimpin komunitas Yahudi, Lord Rothschild. Surat ini menjanjikan dukungan Inggris untuk pendirian “tanah air bagi bangsa Yahudi” di Palestina. Meskipun mayoritas penduduk Palestina saat itu bukanlah orang Yahudi. Sebelumnya kepada bangsa Arab yang telah membantu melawan Ottoman dalam Perang Dunia I.
Setelah Perang Dunia I, Inggris mengambil mandat atas Palestina di bawah Liga Bangsa-Bangsa. Pada periode ini, imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat drastis. Penduduk asli Palestina mulai kehilangan hak atas tanah mereka, memicu perlawanan yang semakin kuat.
AS dan Pengaruh Politik Zionisme Soal Palestina yang Diperebutkan
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan global baru dan memainkan peran signifikan dalam mendukung proyek Zionis. Meskipun penduduk Palestina tidak terlibat dalam tragedi tersebut. Pada 1948, dengan dukungan politik dan militer dari Barat. Dengan deklarasi Israel, pengusiran paksa ratusan ribu warga Palestina terjadi, mengukir peristiwa Nakba sebagai bencana besar.
Dukungan AS terhadap Israel tidak hanya bersifat ideologis, tetapi juga strategis. Israel dipandang sebagai sekutu kuat AS di Timur Tengah, sebuah kawasan yang kaya akan sumber daya minyak dan memiliki kepentingan geopolitik besar. Bantuan miliaran dolar dalam bentuk militer dan ekonomi terus mengalir ke Israel, memperkuat posisi negara tersebut di kawasan itu.
Konspirasi atau Kepentingan Geopolitik?
Perebutan Palestina terwujud melalui kolaborasi Zionisme dengan kepentingan kolonial Inggris dan ambisi geopolitik Amerika Serikat. Meski istilah “konspirasi” mengandung kontroversi. Fakta sejarah menunjukkan adanya kolaborasi dan persekongkolan sistematis untuk mendirikan negara Israel di atas tanah Palestina. Kepentingan ekonomi dan politik dari kekuatan Barat, seperti kontrol minyak dan pengaruh geopolitik, sering kali mendahului prinsip keadilan bagi rakyat Palestina.
Dampak dan Realitas Saat Ini
Hingga saat ini, rakyat Palestina masih menghadapi pendudukan, pengusiran, dan diskriminasi sistematis. Pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat, blokade Gaza, dan upaya mengubah demografi wilayah Palestina semakin memperburuk situasi.
Konspirasi atau tidak, sejarah perebutan Palestina adalah cerminan nyata dari ketidakadilan global. Zionisme, dengan dukungan kolonial dan kekuatan Barat. Berhasil membangun negara di atas penderitaan bangsa Palestina yang hingga kini masih berjuang untuk kemerdekaan dan hak asasi mereka.
Perebutan Tanah Palestina
Konflik Palestina-Israel bukan sekadar perseteruan lokal. Melainkan hasil dari kombinasi kepentingan geopolitik global dan gerakan Zionisme. Perebutan tanah Palestina mencerminkan bagaimana kekuasaan politik dan ekonomi dapat mengabaikan hak-hak kemanusiaan. Perdamaian hanya tercapai ketika dunia mengakui hak-hak rakyat Palestina dan berkomitmen untuk menegakkan keadilan yang sejati.